RandomTalks
A Story Of The Dream Being A Magazine Editor
Desember 15, 2018Source : Southernliving |
Sekitar dua minggu yang lalu, Ariana
Grande merilis MV untuk single terbarunya yang berjudul Thank U, Next.
Konsep yang diangkat dalam MV tersebut adalah recreate ulang film-film
yang pernah hits di tahun 2000-an yaitu Mean Girls, Bring It On, 13
Going On 30, dan Legally Blonde. Aku yakin buat kamu yang pernah
menonton film-film tersebut, pasti langsung merasa nostalgia deh melihat
beberapa adegan di MV Thank U, Next ini. Dari keempat film tersebut
yang menjadi favoritku dari dulu hingga sekarang (sekaligus satu-satunya
yang pernah aku tonton) adalah 13 Going On 30. Kenapa? Oke akan cerita
sedikit. Jalan cerita filmnya itu unik dan berbeda pada waktu itu. Buat
kamu yang pernah menonton film ini pasti ingat dengan kata-kata Jena, si
pemeran utama, yaitu "30, flirty, and thriving." Ulang tahunnya yang
ke-13 kan? Dan whoops seketika harapannya tersebut menjadi
kenyataan. Ia berubah menjadi seorang wanita berusia 30 tahun yang
memiliki semua impiannya yaitu bekerja sebagai editor di majalah,
memiliki pacar, keren, hidup mewah dan sukses namun ia tidak sadar bahwa
ia telah kehilangan hal yang penting dari hidupnya yaitu sahabat dan
keluarganya
BTW,
film ini dirilis tahun 2004 dan ketika itu umurku baru 9 tahun. Namun, aku baru
menontonnya ketika film ini ditayangkan di televisi. Maklum dulu belum kenal
yang namanya bioskop haha. Jadi kemungkinan aku baru menonton film ini ketika
aku duduk di bangku SMP. Back to the
topic. Film ini meninggalkan kesan yang begitu mendalam untuk pribadiku
sendiri. Karena ceritanya yang unik serta ending
nya yang bikin baper (oke kayanya aku emang sudah mengidap penyakit baper sejak
dini deh wk) membuatku suka terhadap film ini. Namun, alasan kuat lain adalah
pekerjaan si tokoh utama. Yup, gara-gara film ini muncullah kertarikanku untuk
bekerja sebagai editor di sebuah majalah. Menurutku menjadi editor di sebuah
majalah itu asyik dan tidak membosankan yang kemudian membuatku langsung jatuh
cinta.
Kalau
membicarakan soal majalah, memang selalu membuatku sedikit bernostalgia. Aku
ingat waktu dulu ada beberapa majalah yang menemani di masa-masa remajaku (yeah
welcome to the adulthood bro:’)).
Dulu itu banyak banget majalah dan tabloid yang bagus-bagus namun majalah yang
sering aku beli itu ada tabloid gaul, Aneka Yess!, Story, dan Gadis. Masih
ingat gak dengan majalah-majalah ini? Untuk membeli mereka pun aku harus pergi
ke pasar yang letaknya jauh dari rumah. Pokoknya perjuangan banget dulu buat
beli satu majalah saja. Dulu aku paling suka membaca cerpen yang selalu ada di
edisi majalah-majalah tersebut. Tapi sayangnya, hampir semua majalah-majalah
tersebut (kecuali majalah Gadis) tidak bisa bertahan menghadapi perkembangan
jaman dan tergantikan dengan berita-berita online. Bahkan baru-baru ini sekitar
2 bulan yang lalu, majalah perempuan Cosmogirl malah mengabarkan melalui
instagram mereka bahwa majalah ini tidak akan terbit lagi. How sad :’(. Aku
termasuk tipe orang yang kuno alias oldfashioned. Maksudnya, aku lebih suka
membaca majalah cetak daripada online karena bagiku ada sensasi tersendiri.
Dulu
waktu majalah-majalah tersebut masih eksis, keinginanku untuk menjadi
editor semakin terus bertambah. Bagaimana
dengan sekarang? Still of course because
this is my dream job. Aku masih
ingat, dulu waktu SMA ada seorang temanku bertanya, “Kuwe sok pingin dadi opo,
Der? Kamu ingin jadi apa, Der?” secara cepat aku pun menjawab, “Aku pingin dadi
editor nang majalah. Aku ingin jadi editor di majalah.” Waktu itu kami duduk di
bangku kelas 3 SMA, jadi maklum pertanyaan ini muncul karena tahun tersebut
adalah tahun paling menentukan bagi masa depan kami. Dulu kupikir semuanya
akan terasa mudah, masuk ke perguruan tinggi, lulus, melamar kerja, dan kerja
deh jadi editor. Yap... dulu aku masih muda dan naif belum menyadari bahwa kenyataan
itu tidak selalu berjalan mulus. Seiring bertambahnya umur, aku jadi sadar
kalau bekerja sebagai editor di sebuah majalah itu gak gampang apalagi untuk fresh graduate sepertiku. Terlebih aku
jarang melihat ada lowongan editor di majalah. Yup, terkadang rasanya jadi anak
SMA yang penuh banyak mimpi itu menyenangkan. Belum mengerti apa-apa. Meskipun
begitu, aku berusaha untuk terus berfikir positif dan tidak menyerah. Jika
belum ada kesempatan di majalah yang aku inginkan, gak salah kan kalau
aku mencoba melamar kerja di platform online yang juga setipe? Yes, i’ve tried and i hope my lucky is there.
Aku juga tidak pernah berhenti berdoa agar harapanku ini dapat terwujud. Atau suatu hari aku bisa membuat majalahku sendiri? Who knows?
Kenapa
aku menulis ini? Simple. Aku hanya
ingin sharing saja sih. Aku harap,
tulisan ini dapat membuat siapa saja terus bersemangat dalam menggapai mimpi.
Semua hal itu mungkin asal kita percaya dan yakin bahwa kita mampu mewujudkannya
tapi jangan lupa berusaha ya. Sekian dulu deh untuk nostalgia singkatnya dan
hentikan omongan dulu-dulu nya ini. Ok!
see u next post!
4 komentar
Wah.. jadi kangen dgn majalah2 yg eksis saat aku masih sekolah dulu.. hehe.. btw, aku sukanya baca tabloid GAUL dan GADIS..
BalasHapusSalam kenal ya mba, Salam persahabatan..
folbek ya? tengkyu
Salam kenal juga mbak😀
Hapusiya banget! Kangen beli majalah2 tersebut. tapi kalo majalah gadis masih tetep eksis sih jadi masih bisa dibeli..
Dulu waktu masih jaman SMA juga bacaanku Gadis hehe...jadi kangen deh baca majalah versi cetak
BalasHapussame here! lebih seru soalnya bisa kita pegang terus bisa dimanfaatkan dengan cara digunting buat journaling hehe
Hapusbtw, thank u ya sudah mampir di blog ku salam kenal ^_^